olahraga tradisional


MAKALAH
OLAHRAGA TRADISIONAL

 Hasil gambar untuk logo unmul 2018
 
DOSEN :
Paryadi ,S.Pd ,M.Pd


DI SUSUN OLEH :
Muhammad yasri        1605105079




PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2017






 

KATA PENGANTAR
            Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang ditentukan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai olahraga tradisional.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.

















DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................
Daftar isi..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2 Rumusan masalah..............................................................................
1.3 Tujuan permasalahan.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
2.1 Pengertian olahraga tradisional.........................................................
2.2 Permainan Hadang/Gobak Sodor......................................................
2.3 Permainan Bakiak..............................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................
Kritik dan Saran Untuk Dosen Pengampuh............................................















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan berbagai  budaya-budaya yang beraneka ragam, disetiap daerah  pasti mempunyai budaya tersendiri baik adat istiadat maupun ciri khas tersendiri serta Permainan dan bermacam Tradisi yang ada .Permainan Tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan perkembangan jaman, sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga membantu meningkatkan daya otak pada anak. Banyaknya kegunaan permaianan bagi proses pembelajaran perlu adanya pelestarian terhadap keutuhan permaianan tersebut. Mengenal permainan tradisional bermain hadang , congklak, egrang, balap karung, bola bekel dan lain-lain.
permainan tradisional  juga dapat membantu fisik bisa lebih sehat karena disana kita bisa beraktifitas (mengeluarkan keringat) dengan demikian dapat di tarik kesmpulan yaitu media adalah bagian yang tak terpisahkan dari  proses belajar mengajar demi tercapainya media pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya.

1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan olahraga tradidional ?
Apa yang dimaksud dengan Permainan Hadang ?
Apa yang dimaksud dengan permainan Bakiak ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu olah raga tradisional,hadang dan bakiak
Untuk lebih mengetahui sejarah tentang bakiak dan hadang
Untuk mengetahui tujuan bermain bakiak dan hadang


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian olahraga tradisional
            Permainan tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan.Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa.Pesatnya perkembangan permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekarang (Fajarwati, 2008: 2).
Menurut Mulyadi (2004: 30) bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain:
1)     Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
2)     Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3)     Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
4)     Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.
Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat (Sukirman D, 2008:19).Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
keberadaannya sudah berangsur-angsur mengalami kepunahan, terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan, bahkan di beberapa diantaranya sudah tidak dapat dikenali lagi oleh masyarakat. Sebenarnya ada beberapa jenis permainan tradisional yang masih dapat bertahan, itu pun disebabkan karena para pelaku permainan tradisional tersebut berada jauh dari jangkauan permainan modern yang banyak menggunakan alat-alat canggih. Permainan tradisional sebagai salah satu bentuk dari kegiatan bermain diyakini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak (Kurniati, 2010:1).
          Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.
Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
1) Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
2) Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
3) Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.
Sejak digulirkannya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, perhatian pemerintah untuk memunculkan dan melestarikan serta mengembangkan kembali budaya permainan tradisional sudah semakin terlihat. Hal ini, terlihat pada saat digelarnya acara pemubukaan sebuah event olahraga nasional, selalu ditampilkan di antara atraksi lainnya adalah salah satu jenis olahraga tradiisonal ditampilkan. Bahkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, sudah menggulirkan dua (2) program kegiatan unggulan tingkat nasional, yaitu Festival Olahraga Tradisional dan Invitasi Olahraga Nasional. Kedua even skala nasional ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali secara bergantian. Untuk Festival jatuh pada tahun genap dan Invitasi dilaksanakan pada tahun ganjil.
Dua event olahraga tradisional skala nasional ini memiiki karakteristik permaina  budaya yang berbeda. Festival Olahraga Tradisional merupakan kegiatan yang bersifat pertunjukan dan memilki unsur cerita rakyat asli daerah setempat, yang di dalamnya penyajian materi pertunjukannya harus memiliki komponen penilaian dari unsur pendidikan, unsur olahraga, unsur relegius, dan unsur budaya asli daerah setempat. Dari keempat unsur komponen penilaian tersebut, yang memiliki prosentasi tertinggi adalah dari unsur olahraga yaitu 60 %.  Berbeda dengan Invitasi Olahraga Tradisional, merupakan bentuk permainan yang dilombakan, artinya peserta yang satu dengan peserta lainnya saling berlomba untuk menjadi pemenang. Beberapa permainan olahraga tradisional ini yang telah dibakukan di tingkat nasional adalah seperti, permainan egrang, terompah panjang, hadang (gobak sodor), dagongan, tarik tambang, gebuk bantal,
dan masih banyak lainnya.
Sampai dengan tahun 2012 ini, pelaksanaan Festival Olahraga Nasional Tingkat Nasional sudah akan yang ke tujuh kalinya, sedangkan untuk kegiatan Invitasi Olahraga Tradisional Tingkat Nasional sudah dilaksanakanyang ke tiga kalinya, yaitu terkahir dilaksanakan pada tahun 2011 di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.Pada tahun 2012 ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga Tingkat Nasional akan melaksanakan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional di Ternate. Kementerian   Pemuda dan Olahraga RI sudah merencanakan kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 15 Oktober2012 di Ternate. Sebagaimana pelaksanaan tahuan 2010 yang lalu, peserta yang mengikuti event ini adalah perwakilan terbaik dari masing-masing permainan olahraga tradisional provinsi. Tiga puluh dua provinsi turut serta dalam festival ini, dan beragam aktivitas olahraga tradisional budaya asli daerah yang sempat tenggelam akhirnya bermunculan kembali. Dari kegiatan ini semakin terlihat bahwa kekayaan budaya bangsa Indonesia sangat luar biasa dan beragam
Bottom of Form


2.2 Permainan Hadang / Gobak Sodor
Hadang/ Gobak Sodor termasuk salah satu permainan tradisional Indonesia yang juga dimainkan di negara lain. di Indonesia sendiri Gobak Sodor atau Hadang memiliki nama tersendiri disetiap daerah di Indonesia, akan tetapi tetap pada aturan dan cara bermain yang sama.

Permainan Hadang/Gobak Sodor memiliki arti sendiri pada setiap pemainnya, biasanya permainan ini dimainkan pada saat jam istirahat sekolah, pada sore hari di lingkungan tinggal masyarakat dan tentu saja permainan yang gemar dimainkan oleh anak-anak ini bisa juga untuk melatih berbagai kecakapan keterampilan pada diri anak terutama untuk fisik tubuh anak. Misalnya : Kelincahan, Kecepatan, dan gerak reflek pada anak, tentu saja kekompakan tidak luput pada permainan ini. Bhkan orang dewasa pun berhak memainkan permainan ini.

Tidak ketinggalan juga permainan Hadang/Gobak Sodor juga dipertandingkan pada Event sebesar O2SN biasanya pada tingkatan SD/SMP yang termasuk kedalam cabang Permainan.

*      Sejarah Permainan
Permainan Gobak Sodor sangat terkenal di wilayah Pulau Jawa. Banyak yang mengatakan bahwa permainan ini berasal dari Yogyakarta. Nama Gobak Sodor berasal dari kata gobag dan sodor. Kata gobag artinya bergerak dengan bebas dan sodor artinya tombak.
Ada juga yang mengartikan gobak sodor sebagai merupakan permainan maju mundur melalui pintu-pintu. Dalam bahasa Belanda istilah gobak Sodor mungkin artinya sama dengan kata dalam Bahasa Inggris “Go Back Through the Door”, sebagian menyebutnya Galasin, bisa saja adaptasi bahasa dari bahasa Belanda yang kalau di Bahasa Inggriskan menjadi “Go Last In”, sayangnya kata-kata tersebut hanya rekaan rekayasa kutak-katik kata saja jadi jangan ditanya kebenarannya. Remaja sekarang mungkin tidak familiar dengan jenis permainan ini, karena selain tidak ada pialanya permainan ini perlu beberapa orang yang mengikutinya.
Gobak sodor adalah permainan yang menuntut ketangkasan menyentuh badan lawan atau menghindar dari kejaran lawan. Garis-garis penjagaan dibuat dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap. Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang sampai lima orang. Kelompok pertama sebagai penyerang dan kelompok kedua sebagai penjaga. Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya.
*      Tanah Lapang
Permainan ini bisa dimainkan di tanah lapang, karena untuk berlarian, dan sebaiknya di lapangan atau halaman rumah yang masih tanah liat atau rerumputan, dan belum disemen, mengingat karakteristik permainan ini. Apabila dimainkan di area yang sudah disemen (dikeraskan), maka pemain harus ekstra hati-hati. Jatuh dan bangun mewarnai permainan ini, resiko lecet-lecet pasti ada.
*      Area Bermain
Tempat bermain diibaratkan seperti lapangan bulu tangkis, ada garis-garis yang membentuk kotak-kotak. Antara kotak yang satu dengan yang lain lebarnya dibuat ukuran yang sama, menyesuikan lebar lapangan. Panjang dan lebar kotak permainan tidak ditentukan, namun ukurannya adalah beberapa orang yang sedang berada didalam kotak tersebut tidak bisa disentuh oleh penjaga garis.
Description: https://kissparry.files.wordpress.com/2017/03/arenagobagsodor.jpg?w=300&h=295Arena Gobak Sodor
Gambaran arena Gobak Sodor
Grup Merah dan Grup Putih, masing-masing sudah ada Kapten (Nomor 1 sebagai Kapten)
Grup Merah sebagai pemain dan Grup Putih sebagai penjaga.
Garis orange adalah area penjaga Kapten (1)
Garis merah adalah area penjaga Anggota (2)
Garis biru adalah area penjaga Anggota (3)
Garis hijau adalah area penjaga Anggota (4)
Pemain kesatu (Kapten) memulai masuk arena, disusul pemain ke-2 dan seterusnya (boleh bersamaan)
Jumlah garis atau kotak juga ditentukan oleh banyaknya peserta tiap grupnya.
Buatlah dua kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang, jumlahnya harus sama, dan seorang ditunjuk sebagai Kapten Regu. Dua kelompok ini masing-masing sebagai lawan main. Di awal permainan diadakan undian, kelompok mana yang main atau menyerah terlebih dahulu, maka kelompok yang satunya jadi penjaga.
*      Peraturan dan Cara Bermain
  1. Ada kelompok yang bertugas menjaga dan ada juga yang bermain. Yang bermain adalah yang memenangkan undian.
  2. Kelompok yang menjaga akan menghalau laju kelompok lawan agar tidak bisa lolos, dan jika tersentuh maka akan berganti tugas.
  3. Masing-masing garis horizontal akan dijaga oleh penjaga, namun garis vertikal hanya ditengah dijaga
  4. Petugas jaga yang ada diposisi paling depan dapat berlari mengikuti garis vertikal yang ada ditengah lapangan, untuk membantu petugas jaga di garis vertikal yang sudah ada.
  5. Pemain akan bolak balik, dan menggocek petugas jika lolos maka akan mendapatkan poin.
*      Pemenang
Pemenang dalam permainan ini adalah kelompok yang memiliki poin banyak. Siapa yang akan mencatat poin (nilai)-nya, ialah diantara mereka. Ada juri atau wasit, apabila gobak sodor untuk ajang pertandingan. Sedangkan besarnya poin disepakati sebelum bermain.


2.3 Permainan Bakiak
Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Salah satunya dengan berbagai perlombaan yang menarik yang juga memicu adrenalin. Diantaranya ada lomba panjat pinang, balap karung, memindahkan kelereng, makan kerupuk, memasukkan belut ke dalam botol, memasukkan paku ke botol, Tarik tambang, balap Bakiak dan masih banyak lainnya.
Perlombaan tersebut diselenggarakan tidak hanya sebagai bentuk luapan kebahagiaan masyarakat dalam mengartikan kata “Merdeka” tetapi juga untuk melengkapi spirit dalam diri masyarakat dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Perlu diketahui, bahwa setiap perlombaan tersebut sejatinya memiliki nilai, makna dan latar belakang sejarah yang kemudian menjadi alasan masyarakat agar diselenggarakannya serentak, bersama-sama dan penuh sukacita.Misalnya saja perlombaan Balap Bakiak.
Bakiak biasanya berupa kayu panjang mirip seluncur yang diberi beberapa selop, akan tetapi kali ini akan diberikan sesuatu yang sedikit berbeda yaitu bakiak tali. Dimana untuk selop tersebut digantikan dengan tali, yang panjangnya diperkirakan sampai ke tangan (sebagai pegangan).
Berikut adalah cara pakai Bakiak Tali dan aturan mainnya dalam perlombaan 17 Agustus :
1. Bakiak dipakai layaknya alas kaki oleh 3 orang pemain (dalam 1 grup)
2. Letakkan masing-masing kaki dibawah tali, kemudian tali yang panjang dijadikan pegangan (seperti naik kuda).
3. Untuk dapat melangkah, tali di bagian tangan kiri dan kaki kiri harus secara bersamaan diangkat untuk bisa melangkahkan kaki kiri, begitu juga sebaliknya dengan melangkahkan kaki kanan. Apa bila tali tidak diangkat, maka tidak akan bisa melangkah. Agar dapat berjalan cepat dan tidak terjatuh, diperlukan kekompakan antara pemain dalam satu grup. Supaya grup tetap kompak, para pemain sepakat mulai mengangkat kaki kanan atau kiri dulu. Selanjutnya, mereka akan berjalan sambil memberi komando pada langkah mereka
4. Begitulah selanjutnya sampai ke garis finish.
5. Grup mana yang lebih cepat, maka merekalah pemenangnya.
Sekilas Tentang "Bakiak"
Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran. Bakiak adalah salah satu permainan tradisional. Bahannya dibuat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah dihaluskan (diamplas) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang masing-masing tim berlomba untuk sampai ke garis finish.
Sejarah Bakiak
Sebenarnya "Bakiak" adalah permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang 'bakiak' minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan kelurahan pada 17 Agustusan.
Berbeda halnya dengan daerah Sumatera Barat. Bakiak merupakan sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak. Sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-Geisha.
Geisha adalah seniman atau penghibur tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan. Berikut adalah gambar alas kaki yang sering digunakan Geisha-Geisha Jepang.
*      . Peraturan Permainan
1. Lapangan
Permainan terompah panjang diadakan dilapangan terbuka, rata seperti stadion, lapangan umum, jalan raya (bila memungkinkan). Lapangan dibuat sedemikian rupa agar dalam pelaksanaannya tidak menghadap matahari. Panjang atau jarak lintasan: 50 meter, dengan lebar 4,5 meter, yang dibagi menjadi 3 lintasan (masing – masing lintasan lebar 1,5 meter). Antar lintasan diberi garis dari kapur  atau diberi tali sebagai pembatas. Ujung lintasan diberi garis start dan garis finish.


2. Peralatan
*      Bendera start (peluit start);
*      Bendera – bendera kecil dari bahan: tangkai dari bambu dengan panjang 40 cm, bendera dibuat dari kain atau kertas berwarna meerah dan biru berbentuk segitiga dengan ukuran bendera 27 cm. Jumlah bendera sesuai dengan jumlah lintasan yang dipakai.
*      Kapur/tali untuk membuat lintasan;
*      Terompah, terompah dibuat dari bahan balok / papan yang tebal, karet / ban, dan  paku.

3.Ukuran Terompah:
*      Panjang terompah untuk 3 orang 141 cm;
*      Panjang terompah unutk 5 orang 235 cm;
*      Lebar terompah 10 cm;
*      Tebal terompah 2,5 cm;
*      Berat terompah seluruhnya untuk terompah 3 orang 4 kg ( sepasang) terompah 5 orang 8 kg (sepasang).

4.         Pemain
Jenis kelamin laki – laki dan perempuan yang tergabung dalam regu putra dan regu putri. Kelompok umur anak – anak 9 – 12 tahun, remaja 13 – 16 tahun, dewasa  17 tahun keatas.


5.         Jalannya permainan
*      Sebelum perlombaan dimulai, usia para peseta diteliti untuk menentukan kelompok usia. Regu yang sudah diteliti kelompok usianya, kemudian diberi nomor (dua) untuk dipasang di dada bagi peserta yang paling depan dan di punggung pemain paling belakang;
*      Peserta dibagi dalam regu yang terdiri dari 5 orang atau 3 orang sesuai dengan jenis yang diperlombakan;
*      Seluruh peserta dibagi dalam seri setiap seri maksimal 5 regu sesuai dengan jumlah lintasan (disesuaikan dengan jumlah regu peserta);
*      Selanjutnya diadakan undian untuk menentukan lintasan masing – masing regu, dan untuk menentukan urutan pemberangkatan dalam perlombaan;
*      Sebelum perlombaan dimulai, peserta dari masing – masing regu berdiri dibelakang garis start di samping terompahnya;
*      Aba – aba dalam perlombaan diberikan oleh juri pemberangkatan adalah bersedia, siap, ya (peluit dibunyikan atau bendera start dikibarkan). Petugas lintasan berdiri dibelakang peserta dan memperhatikan regu pada lintasan masing – masing dengan membawa bendera biru merah;
*      Pada aba – aba bersedia, peserta berdiri diatas terompah dengan jari – jari kaki masuk kedalalm setengah lingkaran karet dan berpegangan satu sama lain. Sebaiknya para peserta memakai sepatu olahraga agar kjaki tidak lecet. Peserta regu berpegangan satu sama lain, boleh pada bahu atau pinggang;
*      Aba – aba siap, peserta siap untuk melakukan jalan;
*      Aba – aba ya, peserta berjalan secepat – cepatnya menempuh jarak 50 meter.
j.   Regu dianggap sah, apabila peserta terakhir dan ujung terompah bagian belakang melewati garis finish dengan tidak ada kesalahan selama dalam perjalanan. Regu juga masih dianggap sah, waulupun regu tersebut jatuh kedepan tetapi kedua kaki masih kontak pada terompah meskipun tangan menyentuh tanah;
k.  Peserta/regu dianggap gugur apabila,tidak berhasil mencapai garis finish,menginjak lintasan peserta lain, dengan sengaja mengganggu peserta lain, salah satu kaki atau kedua kaki menginjak tanah artinya salah satu kaki atau kedua kaki tidak ada kontak dengan terompah, terompah rusak ditengah jalan, regu yang gugur tidak perlu meneruskan sampai garis finish.

6.      Pemenang
Regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut paling cepat memasuki garis finish, regu yang gugur dalam babak final tidak mendapat juara.

7.      Petunjuk Perwasitan
Untuk melancarkan jalannya permainan terompah panjang, diperlukan petugas sebagai juri / wasit, perincian tugas dari masing – masing juri / wasit;
*      juri pemberangkatan bertugas untuk;
*       Memberi aba – aba pada pemberangkatan peserta dengan mempergunakan bendera start atau peluit;
*      Sebelum start dimulai, juri pemberangkatan memanggil peseta untuk berdiri dibelakang agris start dalam lintasan masing – masing;
*      Kemudian juri pemberangkatan memperingatkan agar peserta tidak menginjak  / melewati garis start;
*      Dalam memberikan aba – aba, juri pemberangkatan mengambil tempat dibelakang peserta dan tangan yang megang bendera direntangkan lurus kesamping;
*      Aba – abab yang diberikan adalah: bersedia, siap, ya atau peluit dibunyikan. Apabila menggunakan bendera maka pada aba – aba ya bendera dinaikkan / digerakkan keatas;
*      Juri pemberangkatan dapat menentukan sah atau tidaksah start yang dilakukan oleh setiap peserta.
*      Pengawas lintasan bertugas untuk:
*      Mengawasi lintasan selama permainan berlangsung;
*      Sebelum start dimulai, pengawas lintasan berdiri di belakang peseta yang akan diawasi sambil membawa bendera biru ditangan kanan dan bendera merah di tangan kiri;
*      Pada saat peserta mulai berjalan, pengawas lintasan mengacungkan bendera keatas dan berjalan di belakang mengikuti peserta sampai garis finish. Apabila pengawas mengacungkan bendera biru, maka permainan peserta tersebut sah. Tetapi apabila peserta melakukan kesalahan maka bendera biru diturunkan dan bendera merah dinaikkan dan regu peserta dianggap gugur;
*      Juri kedatangan bertugas untuk:
*      Menentukan dan mencatat urutan kedatangan peserta;
*       Juri kedatangan berada dibelakang garis finish;





BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
                          Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb.
          Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.
                  Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
          Ø   Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
          Ø   Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.

3.2 SARAN
  Sebaiknya untuk mengisi waktu luang kita dapat mengisi waktu kita dengan Permainan permainan tradisional dilingkungan tempat tinggal atau dimana saja sehingga generasi kita atau anak kedepannya tetap mengetahui permainan tradisional ini.



DAFTAR PUSTAKA

KRITIK DAN SARAN UNTUK DOSEN PENGAMPUH
Kritik mengenai jadwal perkuliahan dan jam perkuliahan.
Sarannya semoga apa yang telah disepaktin bersama dapat dipertanggung jawabkan baik kami sebagai mahasiwa dan bapak sehingga tidak ada lagi masalah tentang jadwal dan kesalahan jam mata kuliah.terima kasih pak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah permainan bola kecil (SOFTBALL)

Olahraga prestasi dan peralatannya