olahraga tradisional
MAKALAH
OLAHRAGA TRADISIONAL
DOSEN :
Paryadi ,S.Pd ,M.Pd
DI SUSUN OLEH :
Muhammad yasri 1605105079
PENDIDIKAN JASMANI
KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2017
KATA
PENGANTAR
Segala
puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang
ditentukan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan makalah seperti ini, pembaca
dapat belajar dengan baik dan benar mengenai olahraga tradisional.
Dalam penyusunan makalah ini tentu
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga
dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita
dan kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar........................................................................................
Daftar
isi..................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1
Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2
Rumusan masalah..............................................................................
1.3
Tujuan permasalahan.........................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................
2.1
Pengertian olahraga tradisional.........................................................
2.2
Permainan Hadang/Gobak Sodor......................................................
2.3
Permainan Bakiak..............................................................................
BAB
III PENUTUP...............................................................................
3.1
Kesimpulan........................................................................................
3.2
Saran..................................................................................................
Daftar
Pustaka.........................................................................................
Kritik
dan Saran Untuk Dosen Pengampuh............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan
berbagai budaya-budaya yang beraneka ragam, disetiap daerah pasti mempunyai budaya tersendiri baik adat
istiadat maupun ciri khas tersendiri serta Permainan dan bermacam Tradisi yang
ada .Permainan Tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan
perkembangan jaman, sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan
manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga
membantu meningkatkan daya otak pada anak. Banyaknya kegunaan permaianan bagi
proses pembelajaran perlu adanya pelestarian terhadap keutuhan permaianan
tersebut. Mengenal permainan tradisional bermain hadang , congklak, egrang,
balap karung, bola bekel dan lain-lain.
permainan tradisional juga dapat
membantu fisik bisa lebih sehat karena disana kita bisa beraktifitas
(mengeluarkan keringat) dengan demikian dapat di tarik kesmpulan yaitu media
adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi
tercapainya media pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya.
1.2
Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan olahraga
tradidional ?
Apa yang dimaksud dengan Permainan
Hadang ?
Apa yang dimaksud dengan permainan
Bakiak ?
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui apa itu olah raga
tradisional,hadang dan bakiak
Untuk lebih mengetahui sejarah tentang
bakiak dan hadang
Untuk mengetahui tujuan bermain bakiak
dan hadang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian olahraga tradisional
Permainan tradisional
merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di balik gerakan,
ucapan, maupun alat-alat yang digunakan.Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi
perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana
belajar menuju kehidupan di masa dewasa.Pesatnya perkembangan permainan
elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan nyaris tak
dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai pihak untuk
mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang pada
generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi
sekarang (Fajarwati, 2008: 2).
Menurut Mulyadi (2004: 30) bermain
secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara
spontan yang terdapat lima pengertian bermain:
1) Sesuatu yang
menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
2) Tidak
memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3) Bersifat
spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
4) Memiliki
hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti
kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.
Oleh karena itu, bahwa permainan
tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek
budaya dalam kehidupan masyarakat (Sukirman D, 2008:19).Permainan tradisional
juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang
tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk
memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
keberadaannya sudah berangsur-angsur
mengalami kepunahan, terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan, bahkan di
beberapa diantaranya sudah tidak dapat dikenali lagi oleh masyarakat.
Sebenarnya ada beberapa jenis permainan tradisional yang masih dapat bertahan,
itu pun disebabkan karena para pelaku permainan tradisional tersebut berada
jauh dari jangkauan permainan modern yang banyak menggunakan alat-alat canggih.
Permainan tradisional sebagai salah satu bentuk dari kegiatan bermain diyakini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak (Kurniati,
2010:1).
Tenggelamnya budaya permainan
tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua.
Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya
tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga
identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan
hilang.
Penyebab
tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam,
seperti :
1) Kurangnya sosialisasi
olahraga tradisional kepada masyarakat;
2) Tidak adanya minat masyarakat
untuk menggali kekayaan tradisional;
3) Tidak ada minat melombakan
secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.
Sejak
digulirkannya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, perhatian pemerintah untuk memunculkan dan melestarikan serta
mengembangkan kembali budaya permainan tradisional sudah semakin terlihat. Hal
ini, terlihat pada saat digelarnya acara pemubukaan sebuah event olahraga
nasional, selalu ditampilkan di antara atraksi lainnya adalah salah satu jenis
olahraga tradiisonal ditampilkan. Bahkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia, sudah menggulirkan dua (2) program kegiatan unggulan
tingkat nasional, yaitu Festival Olahraga Tradisional dan Invitasi Olahraga
Nasional. Kedua even skala nasional ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali
secara bergantian. Untuk Festival jatuh pada tahun genap dan Invitasi
dilaksanakan pada tahun ganjil.
Dua event
olahraga tradisional skala nasional ini memiiki karakteristik permaina
budaya yang berbeda. Festival Olahraga Tradisional merupakan kegiatan
yang bersifat pertunjukan dan memilki unsur cerita rakyat asli daerah setempat,
yang di dalamnya penyajian materi pertunjukannya harus memiliki komponen
penilaian dari unsur pendidikan, unsur olahraga, unsur relegius, dan unsur
budaya asli daerah setempat. Dari keempat unsur komponen penilaian tersebut,
yang memiliki prosentasi tertinggi adalah dari unsur olahraga yaitu 60 %.
Berbeda dengan Invitasi Olahraga Tradisional, merupakan bentuk permainan
yang dilombakan, artinya peserta yang satu dengan peserta lainnya saling
berlomba untuk menjadi pemenang. Beberapa permainan olahraga tradisional ini yang
telah dibakukan di tingkat nasional adalah seperti, permainan egrang, terompah
panjang, hadang (gobak sodor), dagongan, tarik tambang, gebuk bantal,
dan masih banyak lainnya.
Sampai
dengan tahun 2012 ini, pelaksanaan Festival Olahraga Nasional Tingkat Nasional
sudah akan yang ke tujuh kalinya, sedangkan untuk kegiatan Invitasi Olahraga
Tradisional Tingkat Nasional sudah dilaksanakanyang ke tiga kalinya, yaitu
terkahir dilaksanakan pada tahun 2011 di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.Pada
tahun 2012 ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga Tingkat Nasional akan
melaksanakan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional di Ternate.
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI sudah merencanakan kegiatan ini akan
dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 15 Oktober2012 di Ternate. Sebagaimana
pelaksanaan tahuan 2010 yang lalu, peserta yang mengikuti event ini adalah
perwakilan terbaik dari masing-masing permainan olahraga tradisional provinsi.
Tiga puluh dua provinsi turut serta dalam festival ini, dan beragam aktivitas
olahraga tradisional budaya asli daerah yang sempat tenggelam akhirnya
bermunculan kembali. Dari kegiatan ini semakin terlihat bahwa kekayaan budaya
bangsa Indonesia sangat luar biasa dan beragam
2.2
Permainan Hadang / Gobak Sodor
Hadang/ Gobak Sodor termasuk salah satu
permainan tradisional Indonesia yang juga dimainkan di negara lain. di
Indonesia sendiri Gobak Sodor atau Hadang memiliki nama tersendiri disetiap
daerah di Indonesia, akan tetapi tetap pada aturan dan cara bermain yang sama.
Permainan Hadang/Gobak Sodor memiliki
arti sendiri pada setiap pemainnya, biasanya permainan ini dimainkan pada saat
jam istirahat sekolah, pada sore hari di lingkungan tinggal masyarakat dan
tentu saja permainan yang gemar dimainkan oleh anak-anak ini bisa juga untuk
melatih berbagai kecakapan keterampilan pada diri anak terutama untuk fisik
tubuh anak. Misalnya : Kelincahan, Kecepatan, dan gerak reflek pada anak, tentu
saja kekompakan tidak luput pada permainan ini. Bhkan orang dewasa pun berhak
memainkan permainan ini.
Tidak ketinggalan juga permainan
Hadang/Gobak Sodor juga dipertandingkan pada Event sebesar O2SN biasanya pada
tingkatan SD/SMP yang termasuk kedalam cabang Permainan.
Sejarah Permainan
Permainan Gobak Sodor sangat terkenal di wilayah Pulau
Jawa. Banyak yang mengatakan bahwa permainan ini berasal dari Yogyakarta. Nama
Gobak Sodor berasal dari kata gobag dan sodor. Kata gobag artinya bergerak
dengan bebas dan sodor artinya tombak.
Ada juga yang mengartikan gobak sodor sebagai
merupakan permainan maju mundur melalui pintu-pintu. Dalam bahasa Belanda
istilah gobak Sodor mungkin artinya sama dengan kata dalam Bahasa Inggris “Go
Back Through the Door”, sebagian menyebutnya Galasin, bisa saja adaptasi bahasa
dari bahasa Belanda yang kalau di Bahasa Inggriskan menjadi “Go Last In”,
sayangnya kata-kata tersebut hanya rekaan rekayasa kutak-katik kata saja jadi
jangan ditanya kebenarannya. Remaja sekarang mungkin tidak familiar dengan
jenis permainan ini, karena selain tidak ada pialanya permainan ini perlu
beberapa orang yang mengikutinya.
Gobak sodor adalah permainan yang menuntut ketangkasan
menyentuh badan lawan atau menghindar dari kejaran lawan. Garis-garis penjagaan
dibuat dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang
rangkap. Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang
sampai lima orang. Kelompok pertama sebagai penyerang dan kelompok kedua
sebagai penjaga. Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin)
ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang
dan diberi garis di dalamnya.
Tanah Lapang
Permainan ini bisa dimainkan di tanah lapang, karena
untuk berlarian, dan sebaiknya di lapangan atau halaman rumah yang masih tanah
liat atau rerumputan, dan belum disemen, mengingat karakteristik permainan ini.
Apabila dimainkan di area yang sudah disemen (dikeraskan), maka pemain harus
ekstra hati-hati. Jatuh dan bangun mewarnai permainan ini, resiko lecet-lecet
pasti ada.
Area Bermain
Tempat bermain diibaratkan seperti lapangan bulu
tangkis, ada garis-garis yang membentuk kotak-kotak. Antara kotak yang satu
dengan yang lain lebarnya dibuat ukuran yang sama, menyesuikan lebar lapangan.
Panjang dan lebar kotak permainan tidak ditentukan, namun ukurannya adalah beberapa
orang yang sedang berada didalam kotak tersebut tidak bisa disentuh oleh
penjaga garis.
Arena Gobak Sodor
Gambaran arena Gobak Sodor
Grup Merah dan Grup Putih, masing-masing sudah ada
Kapten (Nomor 1 sebagai Kapten)
Grup Merah sebagai pemain dan Grup Putih sebagai penjaga.
Grup Merah sebagai pemain dan Grup Putih sebagai penjaga.
Garis orange adalah area penjaga Kapten (1)
Garis merah adalah area penjaga Anggota (2)
Garis biru adalah area penjaga Anggota (3)
Garis hijau adalah area penjaga Anggota (4)
Garis merah adalah area penjaga Anggota (2)
Garis biru adalah area penjaga Anggota (3)
Garis hijau adalah area penjaga Anggota (4)
Pemain kesatu (Kapten) memulai masuk arena, disusul
pemain ke-2 dan seterusnya (boleh bersamaan)
Jumlah garis atau kotak juga ditentukan oleh banyaknya
peserta tiap grupnya.
Buatlah dua kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 orang, jumlahnya harus sama, dan seorang ditunjuk sebagai
Kapten Regu. Dua kelompok ini masing-masing sebagai lawan main. Di awal
permainan diadakan undian, kelompok mana yang main atau menyerah terlebih
dahulu, maka kelompok yang satunya jadi penjaga.
Peraturan dan Cara Bermain
- Ada kelompok yang bertugas menjaga dan ada juga yang bermain. Yang bermain adalah yang memenangkan undian.
- Kelompok yang menjaga akan menghalau laju kelompok lawan agar tidak bisa lolos, dan jika tersentuh maka akan berganti tugas.
- Masing-masing garis horizontal akan dijaga oleh penjaga, namun garis vertikal hanya ditengah dijaga
- Petugas jaga yang ada diposisi paling depan dapat berlari mengikuti garis vertikal yang ada ditengah lapangan, untuk membantu petugas jaga di garis vertikal yang sudah ada.
- Pemain akan bolak balik, dan menggocek petugas jika lolos maka akan mendapatkan poin.
Pemenang
Pemenang dalam permainan ini adalah kelompok yang
memiliki poin banyak. Siapa yang akan mencatat poin (nilai)-nya, ialah diantara
mereka. Ada juri atau wasit, apabila gobak sodor untuk ajang pertandingan.
Sedangkan besarnya poin disepakati sebelum bermain.
2.3
Permainan Bakiak
Banyak kegiatan yang dilakukan
masyarakat dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Salah satunya dengan
berbagai perlombaan yang menarik
yang juga memicu adrenalin. Diantaranya ada lomba panjat pinang, balap karung, memindahkan kelereng, makan
kerupuk, memasukkan belut ke dalam botol, memasukkan paku ke botol, Tarik
tambang, balap Bakiak dan masih banyak lainnya.
Perlombaan tersebut diselenggarakan tidak hanya sebagai
bentuk luapan kebahagiaan masyarakat dalam mengartikan kata “Merdeka” tetapi
juga untuk melengkapi spirit dalam diri masyarakat dalam memperingati Hari
Kemerdekaan Indonesia.
Perlu diketahui, bahwa setiap perlombaan tersebut
sejatinya memiliki nilai, makna dan latar belakang sejarah yang kemudian
menjadi alasan masyarakat agar diselenggarakannya serentak, bersama-sama dan
penuh sukacita.Misalnya saja perlombaan Balap Bakiak.
Bakiak biasanya berupa kayu panjang mirip seluncur yang
diberi beberapa selop, akan tetapi kali ini akan diberikan sesuatu yang sedikit
berbeda yaitu bakiak tali. Dimana untuk selop tersebut digantikan dengan tali,
yang panjangnya diperkirakan sampai ke tangan (sebagai pegangan).
Berikut adalah cara pakai Bakiak Tali dan aturan mainnya
dalam perlombaan 17 Agustus :
1. Bakiak dipakai layaknya alas kaki oleh 3 orang pemain
(dalam 1 grup)
2. Letakkan masing-masing kaki dibawah tali, kemudian
tali yang panjang dijadikan pegangan (seperti naik kuda).
3. Untuk dapat melangkah, tali di bagian tangan kiri dan
kaki kiri harus secara bersamaan diangkat untuk bisa melangkahkan kaki kiri,
begitu juga sebaliknya dengan melangkahkan kaki kanan. Apa bila tali tidak
diangkat, maka tidak akan bisa melangkah. Agar dapat berjalan cepat dan tidak
terjatuh, diperlukan kekompakan antara pemain dalam satu grup. Supaya grup
tetap kompak, para pemain sepakat mulai mengangkat kaki kanan atau kiri dulu.
Selanjutnya, mereka akan berjalan sambil memberi komando pada langkah mereka
4. Begitulah selanjutnya sampai ke garis finish.
5. Grup mana yang lebih cepat, maka merekalah
pemenangnya.
Sekilas Tentang "Bakiak"
Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja
sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran. Bakiak adalah salah satu permainan
tradisional. Bahannya dibuat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah
dihaluskan (diamplas) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3
orang. Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang
masing-masing tim berlomba untuk sampai ke garis finish.
Sejarah Bakiak
Sebenarnya "Bakiak" adalah permainan
tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang
dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak
atau terompah panjang ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa
galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang
panjang. Sepasang 'bakiak' minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan
tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan kelurahan
pada 17 Agustusan.
Berbeda halnya dengan daerah Sumatera Barat. Bakiak
merupakan sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat
dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku
dikedua sisinya. Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak. Sangat populer
karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban
bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak
diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-Geisha.
Geisha adalah seniman atau penghibur tradisional Jepang.
Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha
sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan
adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang
berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak
hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah
geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari
keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha
seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko)
selama masa pelatihan. Berikut adalah gambar alas kaki yang sering digunakan
Geisha-Geisha Jepang.
. Peraturan Permainan
1. Lapangan
Permainan terompah panjang diadakan dilapangan
terbuka, rata seperti stadion, lapangan umum, jalan raya (bila memungkinkan).
Lapangan dibuat sedemikian rupa agar dalam pelaksanaannya tidak menghadap
matahari. Panjang atau jarak lintasan: 50 meter, dengan lebar 4,5 meter, yang
dibagi menjadi 3 lintasan (masing – masing lintasan lebar 1,5 meter). Antar
lintasan diberi garis dari kapur atau
diberi tali sebagai pembatas. Ujung lintasan diberi garis start dan
garis finish.
2. Peralatan
Bendera start (peluit start);
Bendera – bendera kecil dari bahan:
tangkai dari bambu dengan panjang 40 cm, bendera dibuat dari kain atau kertas
berwarna meerah dan biru berbentuk segitiga dengan ukuran bendera 27 cm. Jumlah
bendera sesuai dengan jumlah lintasan yang dipakai.
Kapur/tali untuk membuat lintasan;
Terompah, terompah dibuat dari bahan
balok / papan yang tebal, karet / ban, dan
paku.
3.Ukuran
Terompah:
Panjang terompah untuk 3 orang 141
cm;
Panjang terompah unutk 5 orang 235
cm;
Lebar terompah 10 cm;
Tebal terompah 2,5 cm;
Berat terompah seluruhnya untuk
terompah 3 orang 4 kg ( sepasang) terompah 5 orang 8 kg (sepasang).
4. Pemain
Jenis kelamin laki – laki dan perempuan yang tergabung dalam regu putra dan regu putri. Kelompok umur anak – anak 9 – 12 tahun, remaja 13 – 16 tahun, dewasa 17 tahun keatas.
Jenis kelamin laki – laki dan perempuan yang tergabung dalam regu putra dan regu putri. Kelompok umur anak – anak 9 – 12 tahun, remaja 13 – 16 tahun, dewasa 17 tahun keatas.
5. Jalannya permainan
Sebelum perlombaan dimulai, usia
para peseta diteliti untuk menentukan kelompok usia. Regu yang sudah diteliti
kelompok usianya, kemudian diberi nomor (dua) untuk dipasang di dada bagi
peserta yang paling depan dan di punggung pemain paling belakang;
Peserta dibagi dalam regu yang
terdiri dari 5 orang atau 3 orang sesuai dengan jenis yang diperlombakan;
Seluruh peserta dibagi dalam seri
setiap seri maksimal 5 regu sesuai dengan jumlah lintasan (disesuaikan dengan
jumlah regu peserta);
Selanjutnya diadakan undian untuk
menentukan lintasan masing – masing regu, dan untuk menentukan urutan
pemberangkatan dalam perlombaan;
Sebelum perlombaan dimulai, peserta
dari masing – masing regu berdiri dibelakang garis start di samping
terompahnya;
Aba – aba dalam perlombaan diberikan
oleh juri pemberangkatan adalah bersedia, siap, ya (peluit dibunyikan
atau bendera start dikibarkan). Petugas lintasan berdiri dibelakang peserta dan
memperhatikan regu pada lintasan masing – masing dengan membawa bendera biru
merah;
Pada aba – aba bersedia, peserta
berdiri diatas terompah dengan jari – jari kaki masuk kedalalm setengah
lingkaran karet dan berpegangan satu sama lain. Sebaiknya para peserta memakai
sepatu olahraga agar kjaki tidak lecet. Peserta regu berpegangan satu sama
lain, boleh pada bahu atau pinggang;
Aba – aba siap, peserta siap
untuk melakukan jalan;
Aba – aba ya, peserta
berjalan secepat – cepatnya menempuh jarak 50 meter.
j. Regu
dianggap sah, apabila peserta terakhir dan ujung terompah bagian belakang
melewati garis finish dengan tidak ada kesalahan selama dalam perjalanan. Regu
juga masih dianggap sah, waulupun regu tersebut jatuh kedepan tetapi kedua kaki
masih kontak pada terompah meskipun tangan menyentuh tanah;
k. Peserta/regu
dianggap gugur apabila,tidak berhasil mencapai garis finish,menginjak lintasan
peserta lain, dengan sengaja mengganggu peserta lain, salah satu kaki atau
kedua kaki menginjak tanah artinya salah satu kaki atau kedua kaki tidak ada
kontak dengan terompah, terompah rusak ditengah jalan, regu yang gugur tidak
perlu meneruskan sampai garis finish.
6. Pemenang
Regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut paling cepat memasuki garis finish, regu yang gugur dalam babak final tidak mendapat juara.
Regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut paling cepat memasuki garis finish, regu yang gugur dalam babak final tidak mendapat juara.
7. Petunjuk
Perwasitan
Untuk melancarkan jalannya permainan
terompah panjang, diperlukan petugas sebagai juri / wasit, perincian tugas dari
masing – masing juri / wasit;
juri pemberangkatan bertugas untuk;
Memberi aba
– aba pada pemberangkatan peserta dengan mempergunakan bendera start atau
peluit;
Sebelum start dimulai, juri
pemberangkatan memanggil peseta untuk berdiri dibelakang agris start dalam
lintasan masing – masing;
Kemudian juri pemberangkatan
memperingatkan agar peserta tidak menginjak / melewati garis start;
Dalam memberikan aba – aba, juri
pemberangkatan mengambil tempat dibelakang peserta dan tangan yang megang
bendera direntangkan lurus kesamping;
Aba – abab yang diberikan adalah: bersedia,
siap, ya atau peluit dibunyikan. Apabila menggunakan bendera maka pada aba
– aba ya bendera dinaikkan / digerakkan keatas;
Juri pemberangkatan dapat menentukan
sah atau tidaksah start yang dilakukan oleh setiap peserta.
Pengawas lintasan bertugas untuk:
Mengawasi lintasan selama permainan
berlangsung;
Sebelum start dimulai, pengawas
lintasan berdiri di belakang peseta yang akan diawasi sambil membawa bendera biru
ditangan kanan dan bendera merah di tangan kiri;
Pada saat peserta mulai berjalan,
pengawas lintasan mengacungkan bendera keatas dan berjalan di belakang
mengikuti peserta sampai garis finish. Apabila pengawas mengacungkan bendera
biru, maka permainan peserta tersebut sah. Tetapi apabila peserta melakukan
kesalahan maka bendera biru diturunkan dan bendera merah dinaikkan dan regu
peserta dianggap gugur;
Juri kedatangan bertugas untuk:
Menentukan dan mencatat urutan
kedatangan peserta;
Juri
kedatangan berada dibelakang garis finish;
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Olahraga tradisional
merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian
dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya
tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya
perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional
semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan
pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch,
computer game, dsb.
Tenggelamnya budaya permainan
tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua.
Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya
tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga
identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan
hilang.
Penyebab tenggelamnya budaya
tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
Ø Kurangnya
sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
Ø Tidak adanya
minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan
berkesinambungan.
3.2 SARAN
Sebaiknya untuk mengisi waktu luang kita dapat
mengisi waktu kita dengan Permainan permainan tradisional dilingkungan tempat
tinggal atau dimana saja sehingga generasi kita atau anak kedepannya tetap
mengetahui permainan tradisional ini.
DAFTAR PUSTAKA
KRITIK DAN SARAN
UNTUK DOSEN PENGAMPUH
Kritik mengenai jadwal perkuliahan dan
jam perkuliahan.
Sarannya semoga apa yang telah
disepaktin bersama dapat dipertanggung jawabkan baik kami sebagai mahasiwa dan
bapak sehingga tidak ada lagi masalah tentang jadwal dan kesalahan jam mata
kuliah.terima kasih pak
Komentar
Posting Komentar